Perkembangan
Sistem Ekonomi Indonesia
Dari Masa Ke Masa
Sejak negara Republik Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka sistem
ekonomi Indonesia yang digunakan terus berkembang dari masa ke masa.
Perkembangan sistem ekonomi Indonesia, yaitu di mulai dari masa pasca
kemerdekaan, masa demokras liberal, masa demokrasi terpimpin, masa orde baru
dan masa reformasi yang sampai saat ini masih digunakan dalam sistem
perekonomian Indonesia.
Pada masa pemerintahan Orde Lama tahun
1945-1950, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis,
namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Keadaan sistem ekonomi
Indonesia pada masa awal kemerdekaan amat buruk. Buruknya perekonomian
Indonesia selama pemerintahan Orde Lama disebabkan oleh hancurnya infrastruktur
ekonomi fisik maupun nonfisik selama pendudukan Jepang. Selain itu, Pemerintah
yang belum berpengalaman juga masih ikut campur tangan ke dalam beberapa
kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak.
Selama periode orde lama Indonesia
pernah mengalami sistem politik yang sangat demokratis yang menyebabkan
kehancuran politik dan mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada
perekonomian Indonesia. Ketidakstabilan pada ekonomi negara Indonesia pada masa awal kemerdekaan, yaitu disebabkan
oleh inflasi yang sangat tinggi, adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak
bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI, kas negara
kosong, eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan, dan tanah pertanian yang
rusak.
Inflasi yang sangat tinggi terjadi
karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali pada zaman
pendudukan Jepang. Tiga mata uang yang diberlakukan pemerintah RI di wilayah
negara Republik Indonesia, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Sehingga
para petani harus menderita akibat terjadinya inflasi tersebut.
1
Pada tanggal 6 Maret 1946 saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia,
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan
sekutu) yang baru, yaitu Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Sehingga pada bulan Oktober 1946 pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru,
yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang.
Untuk melaksanakan koordinasi dalam
pengurusan bidang ekonomi dan keuangan, pemerintah membentuk Bank Negara
Indonesia pada tanggal 1 November 1946. Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank
yang didirikan pada bulan Juli 1946 dan dipimpin oleh Margono
Djojohadikusumo. Bank
negara ini bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing. Berdasarkan teori moneter,
banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Selain karena inflasi, terjadinya
ketidakstabilan perekonomian Indonesia juga disebabkan karena adanya blokade
ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu keluar-masuk
perdagangan negara RI ke luar negeri. Alasan pemerintah Belanda melakukan
blokade ini, yaitu untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer
ke Indonesia, mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan
milik asing lainnya, melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
Ketidakstabilan yang terjadi pada
perekonomian Indonesia pada masa pasca kemerdekaan ini memberikan masalah dan
kesulitan-kesulitan ekonomi bagi masyarakat. Sehingga dilakukanlah usaha-usaha
untuk mengatasi kesulitan ekonomi tersebut, yaitu dengan cara melakukan Program
Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP pada bulan Juli 1946, upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India seberat 500000 ton, mangadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia, konferensi ekonomi pada Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat
dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak (seperti masalah
produksi dan distribusi makanan, sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan), pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)
pada 19 Januari 1947, dan Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang
(Rera) 1948, yaitu mengalihkan tenaga bekas
angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Usaha-usaha yang dilakukan tersebut
tetaplah tidak memberikan dampak perubahan yang besar dalam mengatasi kesulitan
ekonomi yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Namun, peralihan upaya-upaya
tersebut tetaplah memberikan dampak perubahan kehidupan ekonomi yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.
2
Masa
demokrasi liberal (1950-1957) disebut masa liberal, karena dalam politik maupun
sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan
pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire
laissez passer. Padahal saat itu pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa
bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya
sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian, inflasi, dan lambatnya
pelaksanaan pembangunan Indonesia yang baru merdeka.
Upaya
yang dilakukan pemerintah untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat, yaitu pada tanggal 27
Desember 1949 bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi (berupa utang luar
negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun
rupiah) dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB, pemerintah harus menanggung defisit sebesar 5,1 Miliar.
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia, politik keuangan Pemerintah
Indonesia dirancang oleh Belanda, pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai
yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi
nasional, belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai, banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia,
tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat, kabinet terlalu
sering berganti menyebabakan program-program kabinet tidak dapat dilaksanakan,
dan angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah
perekonomian yang muncul ini pun akhirnya
menimbulkan berbagai usaha-usaha untuk mengatasinya. Salah satu usaha
yang dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi tersebut dikenal dengan
istilah Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret
1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
Caranya,yaitu memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga
nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS.
Tindakan ini dilakukan berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret
1950. Tujuannya untuk
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar. Dampaknya rakyat kecil
tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang
kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda
dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
3
Selain
upaya Gunting Syarifuddin saat itu juga dilakukan Program Benteng (Kabinet
Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir
nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi
impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir
pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha
ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa
bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Kemudian pada tanggal 15 Desember 1951, Nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank
sentral dan bank sirkulasi.
Pada
saat itu upaya untuk mengatasi perekonomian juga dilakukan sistem ekonomi
Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha Cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Kemudian juga dilakukan pembatalan
sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada
tanggal 11 November 1958 di buat Rencana
Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara
tahun 1956-1961 dan disetujui DPR. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah
melalui Musyawarah Nasional Pem sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam
negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah bangunan (Munap). Pembiayaan RPLT
diperkirakan 12,5 miliar rupiah. Namun, pada akhirnya RPLT tidak dapat berjalan
dengan baik disebabkan karena adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat
dan Eropa Barat tahun 1957-1958, perjuangan pembebasan Irian Barat, dan adanya
ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebajikan ekonominya masing-masing.
Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka pada masa demokrasi terpimpin
(1959-1966) Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur
ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh
pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi (mengikuti Mazhab Sosialisme).
Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Penyebab ekonomi Indonesia
semakin buruk, yaitu menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA, adanya inflasi yang
cukup tinggi ± 400, konfrontasi dengan Malaysia (Dwikora), dan defisit negara
mencapai 7,5 miliar rupiah.
4
Pemerintah
pun tidak hanya berdiam diri melihat kondisi ekonomi dan keuangan yang semakin
memburuk. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah pun melakukan
devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang, yaitu uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi Rp 25.000 dibekukan. Kemudian
melakukan pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi
sosialisi Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru
mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga
barang-baranga naik 400%. Selanjutnya, devaluasi yang dilakukan pada 13
Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang
rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di
masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka
tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
Upaya
yang dilakukan pemerintah juga mengalami kegagalan. Kegagalan yang yang dialami
tersebut disebabkan karena penanganan ekonomi tidak rasional, lebih bersifat
politis, dan tidak ada kontrol. Selain itu juga disebabkan oleh tidak adanya
ukuran yang objektif dalam menilai suatu usaha atau hasil orang.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter merupakan salah satu
konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang bisa
diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik,
ekonomi, maupun bidang-bidang lain. Kehidupan ekonomi Indonesia masih belum
berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Namun, peralihan
dari orde lama ke orde baru telah memberikan iklim politik yang dinamis
walaupun akhirnya mengarah ke otoriter meskipun pada kehidupan ekonomi
mengalami perubahan yang lebih baik.
Orde Baru adalah sebutan bagai masa pemerintahan
Presiden Soeharto. Orde Baru menggantikan pemerintahan Orde Lama yang dipimpin
oleh Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada awal
orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini
dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Maret 1966, Indonesia dalam era Orde Baru perhatian
pemerintahan lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
lewat pembangunan ekonomi dan sosial tanah air. Usaha pemerintah tersebut
ditambah lagi dengan penyusunan rencana pembangunan 5 tahun secara bertahap
dengan target-target yang jelas sangat dihargai oleh negara-negara barat.
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses
industrialisasi dalam skala besar. Perubahan ekonomi struktural juga sangat
nyata selama masa Orde Baru dimana sektor industri manufaktur meningkat setiap
tahun. Dan kondisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha
membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik, yaitu kemampuan politik yang
kuat, stabilitas ekonomi dan politik, SDM yang lebih baik, sistem politik
ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat, dan dan kondisi ekonomi dan politik
dunia yang lebih baik.
5
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam
dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan
dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde
Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer
namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak
berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan
aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang
adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada
Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan dan
pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya,
jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan
1980-an.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa
itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN),
yang pada akhirnya selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
disahkan menjadi APBN. APBN pada masa pemerintahan Orde Baru, disusun
berdasarkan asumsi-asumsi perhitungan dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, harga ekspor minyak mentah Indonesia, serta nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika. Asumsi-asumsi dasar tersebut dijadikan sebagai ukuran
fundamental ekonomi nasional. Padahal sesungguhnya, fundamental ekonomi nasional
tidak didasarkan pada perhitungan hal-hal makro. Akan tetapi, lebih kearah yang
bersifat mikro-ekonomi. Misalnya, masalah-masalah dalam dunia usaha, tingkat
resiko yang tinggi, hingga penerapan dunia swasta dan BUMN yang baik dan
bersih. Oleh karena itu pemerintah selalu dihadapkan pada kritikan yang
menyatakan bahwa penetapan asumsi APBN tersebut tidaklah realistis sesuai
keadaan yang terjadi.
Format APBN pada masa Orde baru
dibedakan dalam penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan
rutin dan penerimaan pembangunan serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan
berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun fiskal
ini diterapkan sesuai dengan masa panen petani, sehingga menimbulkan kesan
bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan petani.
6
APBN pada masa itu diberlakukan atas
dasar kebijakan prinsip berimbang, yaitu anggaran penerimaan yang disesuaikan
dengan anggaran pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang sama antara
penerimaan dan pengeluaran. Hal perimbangan tersebut sebetulnya sangat tidak
mungkin, karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu mengalir.
Pinjaman-pinjaman luar negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk menutup
anggaran yang defisit. Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut
ditempatkan pada anggaran penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman
tersebut adalah utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban pengeluaran
di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pada dasarnya APBN pada masa itu
selalu mengalami defisit anggaran.
Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan
banyak kritik, karena anggaran defisit negara ditutup dengan pinjaman luar
negeri. Padahal, konsep yang benar adalah pengeluaran pemerintah dapat ditutup
dengan penerimaan pajak dalam negeri. Sehingga, antara penerimaan dan
pengeluaran dapat berimbang. Permasalahannya, pada masa itu penerimaan pajak
saat minim sehingga tidak dapat menutup defisit anggaran. Namun prinsip
berimbang ini merupakan kunci sukses pemerintah pada masa itu untuk
mempertahankan stabilitas, khususnya di bidang ekonomi. Karena pemerintah dapat
menghindari terjadinya inflasi, yang sumber pokoknya karena terjadi anggaran
yang defisit. Sehingga pembangunanpun terus dapat berjalan.
Prinsip lain yang diterapkan pemerintah
Orde Baru adalah prinsip fungsional. Prinsip ini merupakan pengaturan atas
fungsi anggaran pembangunan dimana pinjaman luar negeri hanya digunakan untuk
membiayai anggaran belanja pembangunan. Karena menurut pemerintah, pembangunan
memerlukan dana investasi yang besar dan tidak dapat seluruhnya dibiayai oleh
sumber dana dalam negeri.
Pada dasarnya kebijakan yang dibuat
sangat bagus, karena pinjaman yang digunakan akan membuahkan hasil yang nyata.
Akan tetapi, dalam APBN tiap tahunnya cantuman angka pinjaman luar negeri
selalu meningkat. Hal ini bertentangan dengan keinginan pemerintah untuk selalu
meningkatkan penerimaan dalam negeri. Dalam Keterangan Pemerintah tentang RAPBN
tahun 1977, Presiden menyatakan bahwa dana-dana pembiayaan yang bersumber dari
dalam negeri harus meningkat. Padahal, ketergantungan yang besar terhadap
pinjaman luar negeri akan menimbulkan akibat-akibat. Diantaranya akan
menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi. Hal lain yang dapat terjadi
adalah pemerataan ekonomi tidak akan terwujud. Sehingga yang terjadi hanya
perbedaan penghasilan. Selain itu pinjaman luar negeri yang banyak akan
menimbulkan resiko kebocoran, korupsi, dan penyalahgunaan. Dan lebih parahnya
lagi ketergantungan tersebut akan menyebabkan negara menjadi malas untuk
berusaha meningkatkan penerimaan dalam negeri.
7
Prinsip ketiga yang diterapakan oleh
pemerintahan Orde Baru dalam APBN adalah dinamis yang berarti peningkatan tabungan
pemerintah untuk membiayai pembangunan. Dalam hal ini pemerintah akan berupaya
untuk mendapatkan kelebihan pendapatan yang telah dikurangi dengan pengeluaran
rutin, agar dapat dijadikan tabungan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah
dapat memanfaatkan tabungan tersebut untuk berinvestasi dalam pembangunan.
Kebijakan pemerintah ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu derelgulasi perbankan dan reformasi perpajakan. Akan
tetapi, kebijakan demikian membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama.
Akibatnya, kebijakan untuk mengurangi bantuan luar negeri tidak dapat terjadi
karena jumlah pinjaman luar negeri terus meningkat. Padahal disaat yang
bersamaan persentase pengeluaran rutin untuk membayar pinjaman luar negeri
terus meningkat. Hal ini jelas menggambarkan betapa APBN pada masa pemerintahan
Orde Baru sangat bergantung pada pinjaman luar negeri. Sehingga pada akhirnya
berakibat tidak dapat terpenuhinya keinginan pemerintah untuk meningkatkan
tabungannya.
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan
hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor
eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan
pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata
mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi
industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi
Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk
menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana,
dengan peminjaman berdasarkan-"collateral" menyebabkan perluasan dan
pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan
oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan
domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan gangguan ekonomi.
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah
krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini
adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya
nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997,
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi
ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa
kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional
dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Pada saat itu
Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada
tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie.
Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan kemudian digantikan
"Era Reformasi".
8
Pada masa reformasi ini perekonomian indonesia
ditandai dengan krisis monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang
sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun ada
pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998
dimana inflasi sudah diperhitungkan, namun laju inflasi masih cukup tinggi
yaitu sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan
negatif, namun pada tahun 1999 terjadi perbedaan pertumbuhan kondisi ekonomi
Indonesia.
Pada masa Pemerintahan Presiden BJ. Habibie di bulan
agustus 1998, dalam mengawali masa reformasi dan belum melakukan
manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi maka Indonesia dan IMF menyetujui
program pinjaman dana untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain
itu, Habibie juga melonggarkannya untuk mengendalikan stabilitas politik.
Di bulan Oktober 1999, pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid program tersebut
diperpanjang. Pada saat itu masih belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi
yang diwariskan orde baru dan harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi,
dan mempertahankan kurs rupiah. Presiden pun terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Pada masa pemerintahannya masyarakat menaruh harapan
besar kepada Gusdur meskipun dalam hal perekonomian Indonesia mulai
menunjukkan adanya perbaikan. Namun selama pemerintahan Gusdur, praktis tidak
ada satupun masalah di dalam negeri yang dapat terselesaikan dengan baik.
Selain itu hubungan pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Gusdur dengan IMF
juga mulai tidak baik. Ketidakstabilan politik dan sosial yang tidak semakin
surut selama pemerintahan Abdurrahman Wahid menaikkan tingkat country risk
Indonesia. Makin rumitnya persoalan ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator
ekonomi. Seperti pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang negatif dan rendahnya kepercayaan pelaku bisnis
terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri mewarisi
kondisi perekonomian Indonesia yang sangat buruk. Namun kondisi nilai tukar
rupiah memang baik. Tahun 1999 IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang
menariknya perekonomian Indonesia bagi investor dan karena tingginya suku bunga
deposito. Sehingga mengalami masalah-masalah yang mendesak untuk
diselesaikan,yaitu pemulihan ekonomi dan penegakkan hukum. Inflasi yang
dihadapi juga sangat berat. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa
pemerintahan Megawati disebabkan antara lain masih kurang berkembangnya
investor swasta, baik dalam negeri maupun swasta.
9
Pada masa kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi subsidi BBM, atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan
perkapita yang mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki
iklim investasi. Di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar
negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Walaupun demikian, Indonesia telah
mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam menyediakan sumber keuangan dalam
memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini dipersiapkan untuk terus
berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan beban besar
pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi pada tahun
2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar dari belanja pemerintah tahun
2006 atau sebesar 15 persen dari anggaran total. Selain itu, Bank Indonesia
juga menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional, yakni BI rate, nilai tukar, operasi moneter dan kebijakan
makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas, serta makroprudensial lalu lintas
modal.
Pada 2010 Ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh
pesat. PDB bisa dipastikan melebihin Rp 6.300 Trilyun meningkat lebih dari 100 kali lipat dibanding
PDB tahun 1980. Setelah India dan China, Indonesia adalah negara dengan ekonomi
yang tumbuh paling cepat diantara 20 negara anggota Industri ekonomi terbesar di dunia G20.
10
Essay
“Sistem Ekonomi
Indonesia”
Di susun Oleh :
Nama :
KERLITA
NIM :
BAD 111 0003
Jurusan :
Ilmu Pemerintahan
Fakultas :
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Saya adalah Widya Okta dari SURABAYA, saya ingin memberi kesaksian tentang karya bagus Tuhan dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan sebagian lain dari kata tersebut, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara.
BalasHapusApakah mereka mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman yang curang di sini di internet, tapi mereka tetap asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.
Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya yang saya jelaskan situasi saya, kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang andal yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM dengan tarif rendah 2% dalam 24 jam yang saya gunakan tanpa tekanan atau tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Jika Anda memerlukan bantuan dalam melakukan proses pinjaman, Anda juga bisa menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah terpenuhi dalam pembayaran cicilan bulanan sesuai kesepakatan dengan perusahaan pinjaman.
Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.
Assalamualaikum
BalasHapusNama saya Aditya Aulia saya mengalami trauma keuangan karena saya ditipu dan ditipu oleh banyak perusahaan pinjaman online dan saya pikir tidak ada yang baik bisa keluar dari transaksi online tapi semua keraguan saya segera dibawa untuk beristirahat saat teman saya mengenalkan saya. untuk Ibu Iskandar pada awalnya saya pikir itu masih akan menjadi permainan bore yang sama saya harus memaksa diri untuk mengikuti semua proses karena mereka sampai pada kejutan terbesar saya setelah memenuhi semua persyaratan karena permintaan oleh proses saya bisa mendapatkan pinjaman sebesar 350jt di rekening Bank Central Asia (BCA) saya saat saya waspada di telepon saya, saya tidak pernah mempercayainya, agaknya saya bergegas ke Bank untuk memastikan bahwa memang benar ibu kontak sekarang mengalami terobosan pemanasan jantung dalam kehidupan finansial Anda melalui apakah itu BBM INVITE-nya: {D8980E0B} atau apakah kamu ingin mengkonfirmasi dari saya? Anda bisa menghubungi saya melalui surat saya: {aditya.aulia139@gmail.com} dan juga Anda bisa menghubungi perusahaan ISKANDAR LESTARI LOAN FIRM via: {mail: iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com}facebook (www.facebook.com/iskandar.lesteri.7)
Website: (iskandarlestari.wordpress.com)
Best 8 casinos that accept players from US and Canada
BalasHapusMost online 슬롯 casinos in the United States accept players 논산 출장마사지 from the United States and Canada. The casino offers a variety 익산 출장샵 of games, 속초 출장샵 including 의정부 출장마사지 slots, Deposits · Slots · Table Games · Featured Payouts
William Hill Betting Locations | Mapyro
BalasHapusFind William novcasino Hill sports betting locations in 바카라 사이트 Maryland, West Virginia, 출장샵 Indiana, Pennsylvania, South Dakota, West Virginia https://febcasino.com/review/merit-casino/ and more. septcasino BetRivers.com.